Find Us

Jl. Timoho II No.35, Muja Muju, Kec. Umbulharjo, Kota Yogyakarta

Jam Operasional

Senin - Sabtu: 06.45 AM - 18.00 PM

Pentingnya Mengenalkan Kegiatan Story Telling Sejak Dini

Bercerita adalah aktivitas yang dilakukan secara verbal oleh seseorang kepada orang lain, menggunakan kata-kata untuk menyampaikan pesan, informasi, atau sekadar cerita yang menyenangkan untuk didengarkan. Dalam pendidikan anak usia dini, bercerita menjadi salah satu metode pengembangan bahasa yang berfungsi untuk meningkatkan berbagai aspek fisik dan psikologis anak sesuai dengan tahap perkembangannya (Madyawati, 2017).

Menurut Nurgiyantoro (2014), bercerita adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif, yang melibatkan pikiran, kesiapan mental, keberanian, serta penggunaan kata-kata yang jelas agar dapat dipahami oleh orang lain Bercerita atau storytelling memang memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan anak usia dini. Aktivitas ini tidak hanya menyenangkan, tetapi juga memberikan banyak manfaat yang mendukung pertumbuhan kognitif, emosional, dan sosial anak.

Salah satu manfaat utama dari bercerita adalah pengembangan keterampilan bahasa. Ketika anak-anak mendengarkan atau membaca cerita, mereka terpapar pada kosakata baru serta struktur kalimat yang beragam. Hal ini membantu mereka untuk meningkatkan kemampuan berbahasa.

Penelitian menunjukkan bahwa paparan bahasa yang kaya dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan kemampuan berbahasa anak. Dengan mendengarkan berbagai jenis cerita, anak-anak belajar bagaimana menggunakan kata-kata dalam konteks yang berbeda, sehingga memperluas wawasan linguistik mereka (Kirkland & Patterson, 2018).

Selain pengembangan bahasa, storytelling juga dapat merangsang imajinasi dan kreativitas anak. Melalui cerita, anak-anak diajak untuk membayangkan berbagai kemungkinan dan dunia yang berbeda. Ini membantu mereka dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah.

Aktivitas bercerita mendorong anak untuk berpikir di luar batasan yang ada, mengasah daya pikir kreatif mereka. Dengan berimajinasi, anak-anak belajar untuk mengaitkan konsep-konsep baru dengan pengalaman mereka, yang memperkaya proses belajar mereka (Berk & Winsler, 2020).

Lebih dari itu, storytelling juga berperan dalam pembentukan karakter anak. Banyak cerita yang mengandung nilai-nilai moral dan pelajaran hidup, yang dapat membantu anak-anak memahami konsep baik dan buruk serta pentingnya empati.

Misalnya, cerita tentang persahabatan dapat mengajarkan anak-anak tentang nilai-nilai sosial yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mendengarkan cerita yang mengandung nilai moral, anak-anak dapat menginternalisasi pelajaran tersebut dan menerapkannya dalam interaksi mereka dengan orang lain (Nicolopoulou, 2010).

Bercerita tidak hanya dapat meningkatkan berbagai kecerdasan anak, tetapi juga dapat meningkatkan kedekatan antara orang tua dan anak. Hal ini karena orangtua dapat membangun komunikasi yang efektif, menciptakan suasana yang menyenangkan, dan membuat anak merasa nyaman dengan berbagai cerita yang diceritakan.

Selain itu, orang tua dapat memberikan perhatian yang dibutuhkan anak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ketika orang tua meluangkan waktu untuk bercerita, anak merasa diperhatikan dan dihargai. Hal ini dapat meningkatkan hubungan emosional yang positif dan mendukung perkembangan sosial anak. Keterlibatan orang tua dalam aktivitas bercerita memberikan kesempatan bagi anak untuk berbagi perasaan dan pikiran mereka (Sullivan, 2016).

Hal ini senada dengan yang diungkapkan Brewer (2007), bahwa cerita dapat membangun hubungan yang baik dan dekat antara orang tua dan anak. Semakin banyak kedekatan yang terbangun antara orang tua dan anak, semakin banyak stimulasi kecerdasan yang diberikan kepada anak. Hal ini pasti dapat meningkatkan kecerdasan anak.

Dengan demikian, storytelling bukan hanya sekadar aktivitas hiburan, tetapi juga alat yang sangat berharga dalam mendukung perkembangan holistik anak usia dini. Aktivitas ini memberikan berbagai manfaat yang luas, mulai dari pengembangan bahasa, imajinasi, karakter, hingga hubungan emosional yang lebih kuat.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pendidik untuk mengintegrasikan storytelling dalam kehidupan sehari-hari anak-anak, agar mereka dapat tumbuh menjadi individu yang kreatif, empatik, dan memiliki keterampilan sosial yang baik.

Referensi:

  • Berk, L. E., & Winsler, A. (2020). Scaffolding Children’s Learning: Vygotsky and Early Childhood Education.
  • Brewer, Jo AA. (2007). Introduction to Early Child-Nood Education Presholl Throught Primary Grades.
    United States of Amerika: Pearson Kirkland, D. E., & Patterson, A. (2018). Storytelling as a Tool for Learning.
  • Madyawati, Lilis. (2017). Strategi Pengembangan Bahasa pada Anak. Jakarta: Kencana Miller, E., & Almon,
  • J. (2009). Creating a Caring Culture in Early Childhood Education.
  • Muaifah. (2013). Storytelling sebagai Metode Parenting untuk Pengembangan Kecerdasan Anak Usia Dini.
  • Jurnal Psikoislamika, 10 (1), 66-71 Nicolopoulou, A. (2010). The Power of Storytelling: Narrative in the Classroom.
  • Sullivan, A. (2016). The Importance of Play in Child Development.

-Arsy Istiana, S.Pd., M.Pd : Kepala Cabang Alifa MBDC Teratai-

Share this post :

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Leave a Comment