Pengasuhan anak dianggap sebagai tanggung jawab utama dari seorang ibu dalam masyarakat. Namun, seringkali peran seorang ayah dianggap sebagai sekunder dalam pengasuhan. Pandangan ini terbentuk dari persepsi yang telah lama tertanam dalam budaya dan masyarakat kita.
Terlebih lagi secara biologis, proses kehamilan dan perubahan fisik serta psikologis yang dialami oleh seorang ibu saat kehamilan dapat membuatnya lebih terhubung secara emosional dengan anaknya.
Peran utama ayah dalam keluarga yaitu sebagai kepala keluarga yang memiliki kebutuhan (hak) dan memiliki fungsi (kewajiban) sehingga tujuan keluarga sejahtera dan bahagia dapat tercapai. Faktanya ayah mempunyai peran sebagai orang tua yang telah diamanahi seorang anak oleh tuhan adalah mengasuh anak bersama istri. Hal ini perlu disadari oleh semua ayah, bahwa seorang anak juga mempunyai kebutuhan yang bisa atau hanya bisa dipenuhi oleh ayah.
Kehadiran seorang ayah dalam kehidupan setiap anak sangatlah penting. Ini karena ayah akan turut memengaruhi tumbuh kembang anak sejak ia kecil hingga dewasa. Makasih dari itu, perlu diingat bahwa peran ayah bukan hanya untuk membantu ibu dalam memenuhi kebutuhan anak. Tugas ayah tidak hanya sebatas mencari nafkah untuk keluarga, tetapi juga memiliki peran aktif dalam pengasuhan anak.
Jika dibandingkan dengan ibu, cara ayah berinteraksi dengan anak cenderung melalui pertanyaan yang umumnya berdasarkan pada 5W + 1H. Pertanyaan tersebut meliputi what (apa), who (siapa), when (kapan), where (dimana), why (kenapa) dan how (bagaimana).
Pola pertanyaan seperti di atas dapat membuat anak memiliki cara komunikasi yang lebih bertanggung jawab saat berinteraksi dengan orang lain. Ini akan mendorong anak untuk lebih banyak berbicara, menggunakan lebih banyak kosa kata dan menghasilkan kalimat yang lebih panjang.
Anak yang sering berinteraksi dengan ayahnya bisa memperoleh beberapa manfaat, antara lain:
1. Meningkatkan Kemampuan Kognitif
Sebuah penelitian juga menyebutkan jika seorang bayi yang terbiasa berinteraksi dengan ayahnya akan menunjukkan peningkatan kemampuan kognitif di usia 6 bulan. Selain itu, berinteraksi dengan ayah juga dapat membantu meningkatkan kemampuan anak usia 1 tahun dalam memecahkan masalah. Kemampuan tersebut akan meningkat saat anak memasuki usia 3 tahun yang ditunjukkan melalui perkembangan intelegensinya.
2. Perkembangan Emosi dan Kesejahteraan Psikologis
Keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak memiliki hubungan yang positif dengan kepuasan hidup dan kebahagiaan anak. Hal ini akan mempengaruhi penyesuaian diri, pembentukan konsep dan harga diri anak, berpengaruh besar pada kesehatan mental anak, dan mengurangi masalah perilaku pada anak.
3. Perkembangan Sosial
Keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak berkorelasi positif dengan kompetensi, inisiatif dan kematangan sosial anak. Kehangatan, bimbingan dan pengasuhan ayah mempengaruhi kematangan moral dan perilaku prososial pada anak laki-laki dan perempuan.
4. Kesehatan Fisik
Ayah berperan dalam kesehatan fisik dan kesejahteraan psikologis anak dengan memberikan dukungan optimal kepada istrinya. Dukungan emosional suami kepada istri saat hamil berkontribusi pada kehamilan sehat, persalinan normal dan anak yang sehat.
Penelitian lain menyebutkan bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak juga bermanfaat bagi sang ayah itu sendiri, yaitu lebih matang secara sosial, merasa lebih puas dengan kehidupan mereka, mampu memahami diri, berempati dengan orang lain, serta mampu mengelola emosi dengan baik. Ayah yang terlibat dalam pengasuhan anak akan memberikan pengaruh terhadap kestabilan dan kebahagiaan perkawinan dan keluarga.
Pengasuhan adalah pekerjaan tim, bukan individual. Komunikasi yang terbuka serta jujur menjadi kunci utama dalam kelancaran dalam pengasuhan anak dan menjauhkan keluarga dari dikotomi tradisional peran suami-istri. Jika semua berjalan dengan baik, keluarga akan semakin harmonis dan tentunya akan berpengaruh positif dalam tumbuh kembang anak.
Sumber: DP3A Kota Semarang, “Ayah Terlibat Anak Jadi Hebat”
-Bd Nanda-